Sabtu, 21 September 2013

Akhlak Manifestasi Iman

Salah satu dari beberapa tugas Nabi Muhammad saw di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah SAW bersabda,
“Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak.” (HR. Ahmad).

Beliau begitu lembut tutur katanya, santun perangainya, dan bijaksana dalam bersikap. Keluhuran akhlak beliau dapat kita mengerti karena beliau merupakan manusia yang terjaga dan dijaga langsung oleh Allah swt. Bahkan ketika beliau berbuat sedikit saja kesalahan langsung mendapat teguran dari Allah swt. Akan tetapi yang lebih penting lagi kita perlu cermati adalah keluhuran akhlak beliau ini merupakan manifestasi keimanan beliau yang begitu besar dan mendalam kepada Allah swt. Tugas di atas tentu saja tidak bersifat parsial tetapi justru holistik atau menyatu, berkait dan berkelindan. Dengan demikian kita pahami bahwa akhlak mulia itu tidak berdiri sendiri di suatu sisi lalu keimanan itu berdiri di sisi yang lainnya. Keduanya adalah satu kesatuan.

Dalam suatu hadits dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah swt tidak memerlukan ibadah yang kita kerjakan, melainkan ibadah yang seorang muslim lakukan adalah demi kebaikan diri mereka sendiri. “Bacalah Kitab (Al-Quran) yang diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut: 45).
Allah swt berfirman, “Bahwasanya Aku menerima shalat hanya dari orang yang bertawadhu dengan shalatnya dengan keagunganKu yang tidak terus menerus berdosa, menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk berdzikir kepadaKu, kasih sayang kepada fakir miskin, ibnu sabil, janda, serta mengasihi orang yang mendapat musibah.” (terjemah Hadits Qudsi, Hadits Riwayat Al Bazzar).

Kondisi faktual iman seseorang dapat diketahui dari perilaku dan akhlaknya. Iman yang kokoh kuat akan dimanifestasikan dalam bentuk akhlak yang baik dan mulia. Sedangkan akhlak yang buruk dan hina adalah gambaran yang diberikan oleh imannya yang lemah. Sosok yang lemah imannya akan mudah tergelincir kepada perbuatan buruk yang merugikan dirinya. Akhlak sendiri adalah suatu sikap perilaku yang spontan dan tidak dibuat-buat. Oleh karena itu reaksi spontan dari kebaikan iman seseorang adalah perilaku dan akhlaknya yang baik.

Guna menjaga stabilitas tingkat keimanan Allah swt telah memperingatkan pada kita dalam firmannya yaitu “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At Taubah: 119).

Tuntutan atas iman dan takwa seseorang adalah dengan berbuat baik dan benar. Manifestasi dari ketinggian iman seseorang adalah akhlak dan perbuatan baik yang dilakukan. Rasulullah saw telah memberikan gambaran kelemahan iman seseorang yang berwujud pada hilangnya rasa malu. Rasulullah saw bersabda, “Rasa malu dan iman itu sebenarnya padu menjadi satu, maka bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain.”

Berbagai macam bentuk ibadah sebagaimana termaktub dalam rukun Islam seperti shalat, puasa, zakat, dan haji serta ibadah-ibadah sunnah lainnya adalah program-program yang telah diajarkan oleh Islam. Semua program ibadah itu ditetapkan sebagai sarana untuk mensucikan jiwa dan memelihara kehidupannya yang mulia dalam cahaya iman takwa. Sehingga bagi jiwa-jiwa suci yang kehidupannya selalu dipandu cahaya kebenaran itu yang kesehariannya adalah mereka-mereka yang berakhlak yang mulia, berperilaku yang santun, berbudi pekerti yang baik. Sekali lagi, intisari ibadah adalah untuk mensucikan jiwa, hati, dan pikiran untuk memperluas dan memperdalam hubungan dan interaksi dengan Allah swt dan juga sesama manusia serta makhluk Allah swt lainnya.
Rasulullah saw bersabda, “Kaum mukminin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan orang yang paling dekat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.” (HR. Bukhari)

Inspirasi Berakhlak yang Baik

“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah: 195).

Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah hamba-hamba Allah di pagi hari melainkan dua malaikat turun kepadanya, kemudian salah satu dari keduanya berkata, Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfaq. Malaikat satunya berkata, Ya Allah berilah kerusakan kepada orang yang tidak mau berinfaq.” (HR Bukhari).

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah itu dermawan yang menyukai kedermawanan, menyukai akhlak-akhlak yang mulia, dan membenci akhlak yang buruk. (Terjemah, Muttafaquh alaih).

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90)

“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari) kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (Al Baqarah: 83)

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (An Nisa: 36).

Rasulullah saw bersabda, “Takutlah kalian kepada neraka, kendati hanya dengan separuh biji kurma.” (HR. Bukhari).

Hasan Al Bashri berkata, “Akhlak yang baik ialah wajah yang berseri-seri, memberikan bantuan, dan tidak mengganggu.”
Loper Koran Naik Haji

Mohammad Anwar, seorang calon haji asal Dusun Juwet, Kelurahan Glagahan, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, membuktikan bahwa loper koran seperti dirinya juga bisa menunaikan ibadah haji yang terbilang mahal itu.
“Sehari-harinya, saya adalah loper koran sejak tahun 1992 dengan pelanggan kurang lebih 60 pelanggan. Setiap bulan, saya menyisihkan penghasilan sekitar Rp300 ribu hingga Rp500 ribu untuk ditabung,” kata bapak tiga anak dan empat cucu itu.

Sekitar lima tahun lalu, Anwar mempunyai sepeda motor Supra Fit yang dijual atas saran seorang kiai panutannya yakni KH Haris Munawir yang merupakan seorang pengurus MWC NU Perak, Jombang.
“Nek awakmu pengin lungo kaji, dolen sepeda mu (kalau kamu ingin berangkat haji, jual saja sepeda motor mu),” katanya menirukan ucapan sang kiai saat memberikan motivasi dalam Bahasa Jawa berdialek Jombang itu.
Dengan perdebatan yang cukup panjang, Anwar akhirnya merelakan motor nya dijual untuk segera mendaftarkan diri ke bank dan mendapatkan porsi berangkat haji pada tahun 2013.
Bersama ketiga anaknya yang semuanya menjadi guru di Jombang, ia menabung pada setiap bulan untuk bisa melunasi biaya hajinya itu.
“Alhamdulillah, saya akhirnya bisa melunasinya, malah ada kelebihan nya sekitar satu jutaan yang bisa dibuat sebagai uang saku, selain ada tambahan ’living cost’ dari pemerintah,” kata calon haji yang berangkat dengan Kloter 12 itu.