BERBAKTI PADA KEDUA ORANG TUA
Pengorbanan seorang IBU terhadap anak-anaknya takkan pernah ada habisnya.
INI Buktinya !
1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia
akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, "Cepatlah makan,
ibu tidak lapar”
2.Waktu makan, Ia selalu menyisihkan
ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, "ibu tidak suka daging,
makanlah, nak.."
3.Tengah malam saat dia sedang menjaga
anaknya yg sakit, Ia berkata, "Istirahatlah nak, ibu akan menunggu
disampingmu.."
4.Saat anak sudah tamat sekolah,
bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia berkata, "Simpanlah untuk
keperluanmu nak, ibu masih punya uang
5.Saat anak sudah sukses, menjemput
ibunya utk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, "Rumah tua kita
sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggl di sana."
6.Saat menjelang tua, ibu sakit keras,
anaknya akan menangis, tetapi ibu masih bisa tersenyum sambil berkata,
"Jangan menangis, ibu tidak apa apa." Ini adalah pengorbanan terakhir
yang dibuat ibu
Tidak seberapa dewasanya kita, ibu selalu menganggap kita anak kecilnya,
mengkhawatirkan diri kita tapi tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan
dirinya. Semoga semua anak di dunia ini bisa menghargai setiap pengorbanan
seorang IBU.
Islam merupakan agama yang senantiasa memuliakan umatnya. Tak terkecuali
orang tua, mereka diposisikan pada tempat yang sangat mulia. Segala macam yang telah
orang tua curahkan kepada anak-anaknya, sudah sepantasnya mendapatkan
penghargaan yang setinggi-tingginya. Semua harta, tenaga bahkan nyawa mereka
sekalipun, siap mereka persembahkan untuk buah hati tercinta.
Kewajiban seorang anak berbakti kepada orang tua yang islam ajarkan
merupakan salah satu bukti upaya pemuliaan tersebut. Bahkan keridhoan Allah,
Zat yang menggenggam dan mengatur kehidupan ini, yang berkuasa tehadap segala
sesuatu di dunia dan akherat, tergatung ridho orang tua. Hal ini jelas bentuk
pemuliaan kepada orang tua yang Islam ajarkan.
Berbakti kepada kedua orang tua atau dalam bahasa arab Birrul
walidain adalah ibadah yang sangat mulia. Berbakti dan berbuat baik terhadap
keduanya tidaklah terbatas semasa hidupnya saja, setelah meninggalnya pun
kewajiban birrul walidain tidaklah terputus dan tetap harus diamalkan.
Namun, sangat disayangkan, kebanyakkan manusia baru ingat
akan kebaikan orang tua ketika ajalsudah menjemput keduanya atau salah satunya.
Kemudian ia menyesali keluputannya dari berbaktinya saat kedua orang tuanya
masih hidup, dan ia berusaha mengamalkan baktinya setelah wafatnya.
Akan tetapi, tak jarang mereka salah dalam mengaplikasikan
kebaktian terhadap kedua orang tuanya setelah wafatnya. Bahkan mereka hanya
antusias di awal-awal wafatnya, namun lambat laun kebaktian akan keduanya pun
sirna tertelan masa dan kesibukan bersama keluarga barunya.
Melaksanakan Birrul Walidain
a) Semasa Mereka Masih Hidup
1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya – menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau risikonya”.
Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya – menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau risikonya”.
Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya…” (QS. Luqman: 15)
Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik
kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai
suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya.
2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapanya…” (QS. Al-Ahqaaf: 15)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapanya…” (QS. Al-Ahqaaf: 15)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa…” (QS. An-Nisaa’: 36)
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua
semakin tua dan lanjut hingga keadaan mereka melemah dan sangat
memerlukan bantuan dan perhatian daripada anaknya.
Abu Bakar As Siddiq ra. adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut
ditauladani dalam berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya
telah memasuki usia yang sangat udzur, beliau masih melayan
bapaknya dengan lemah lembut dan tidak pernah putus asa untuk mengajak
ayahnya beriman kepada Allah. Penantian beliau yang cukup lama berakhir
apabila ayahnya menerima tawaran untuk beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya.
Allah berfirman dalam QS. 14 : 40 – 41 ayat yang do’a agar anak, cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas. Solat (mendirikan
Solat) dan diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan
yang diberikan Allah SWT kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.
3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (QS. Al-Israa’: 23-24)
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (QS. Al-Israa’: 23-24)
4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka
Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam mempunyai ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya
menyalahi dengan Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam tetapi tetap menunjukan
birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada bapaknya. Dalam
menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang mulia dan ketika
mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang lembut
sebagaimana dikisahkan Allah pada QS. 19 : 41-45.
b) Apabila Mereka Meninggal Dunia
1. Mensholati/Berdo’a terhadap Keduanya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan dirinya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan dirinya.” (HR. Muslim)
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” (QS. Ibrahim: 41)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” (QS. Ibrahim: 41)
3. Menunaikan Janji/Wasiat Kedua Orang Tua
4. Memuliakan Rekan-Rekan Kedua Orang Tua
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.” (HR. Muslim)
4. Memuliakan Rekan-Rekan Kedua Orang Tua
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.” (HR. Muslim)
5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
“Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.” (HR. Ibnu Hibban)
“Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.” (HR. Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW. yang telah ditinggal ayahnya Abdullah kerana
meninggal dunia saat Rasulullah SAW. masih dalam kandungan ibunya
Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain ibunya mengajak Rasulullah
ketika berusia enam tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan
perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh
sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia.
Setelah itu Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau
menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya walaupun aqidah pamannya
berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah SAW. berbakti pula kepada
pengasuhnya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar