Jumat, 28 Juni 2013

LURUSKAN NIAT DALAM PERSAHABATAN
 
Seorang sahabat bisa lebih baik dan lebih dekat dari pada saudara atau keluarga, sahabat juga bisa menjadi seorang yang lebih jahat dari pada penjahat sekalipun. itu semua tergantung bagaimana cara kita berteman, dan teman seperti apa yang kita pilih.
Islam selalu menuntun kita kepada hal yang baik. dalam hal persahabatan juga, pertama dalam hal niat kita diperintahkan untuk meniatkan dalam persahabatan hanya untuk menggapai ridho Allah. bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan. dan sebagai contoh adalah persahabatan antara Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam- dan para sahabat-sahabatnya.
Coba renungkan ayat berikut :
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Artinya : "Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS Az-Zukhruf : 67)

Ali bin Abi Thalib menafsirkan ayat diatas : Dua sahabat yang didasari oleh iman dan dua sahabat yang didasari kekufuran.

Setelah salah seorang dari sahabat yang beriman meninggal, dia diberitakan akan tempatnya di surga. maka diapun ingat terhadap sahabatnya yang masih hidup, dan berdoa : Ya Allah, bahwa sifulan itu adalah sahabat hamba. dia selalu mengingatkan hamba untuk taat kepadaMu dan taat kepada RosulMu. dan memerintahkan hamba untuk selalu berbuat baik dan menjauhi yang mungkar. dan juga mengingatkan hamba akan kematian. Ya Allah, janganlah Engkau sesatkan dia dan perlihatkanlah kepadanya balasan (surga) sebagaimana Engkau perlihatkan kepada hamba. dan ridhoilah dia sebagaimana Engkau meridhoi hamba. maka dikatakan kepadanya : pergilah (kesurga) dan jika kamu mengetahui apa balasan untuknya niscaya kamu akan banyak tertawa dan sedikit menangis.

Dan tatkala yang satunya meninggal. ruh mereka berdua dikumpulkan dan mereka berdua diperintahkan untuk memuji satu sama lain. maka mereka saling mengatakan : sebaik-baiknya saudara, dan sebaik-baiknya teman.

Salah satu sahabat yang kafir meninggal, dan diberi kabar tentang tempatnya di neraka. maka diapun ingat terhadap sahabatnya. maka dia berdoa : ya Allah, si fulan adalah sahabatku. dia selalu memerintahkanku untuk bermaksiat kepadaMu dan RosulMu. dan memerintahkanku untuk mengerjakan hal-hal yang buruk dan menjauhi hal-hal yang baik. dan mengatakan kepadaku bahwa aku tidak akan bertemu denganMu.

Ya Allah. janganlah Engkau beri hidayah kepadanya sampai Engkau melihatkan balasan atasnya seperti balasan atasku. dan bencilah dia sebagaimana engkau membenciku.

Ketika sahabat yang satunya meninggal, dikumpulkanlah ruh mereka berdua dan diperintahkan untuk saling mencela, maka mereka saling mengatakan : seburuk-buruknya saudara, dan seburuk-buruknya teman.

Ibnu Abbas berkata : setiap sahabat akan menjadi musuh kelak di akherat kecuali yang menjadikan ketakwaan sebagai dasar dalam persahabatan.

Sudahkan anda memiliki sahabat yang selalu mengingatkan akan ketaatan kepada Allah dan RosulNya ? dan yang paling penting adalah, sudahkah anda menjadi seorang sahabat yang selalu mengingatkan sahabat anda dalam kebaikan ?

SUDAHKAH KAU MULIAKAN TETANGGAMU

Salah satu etika yang sering diabaikan kebanyakan orang adalah memuliakan tetangga. Padahal tidak ada suatu urusan dari yang paling kecil sampai yang paling besar melainkan Islam telah mengatur semua itu demi kemaslahatan manusia. Termasuk urusan moral dan etika yang di antaranya memuliakan tetangga dengan memperlakukan mereka sesuai hak-haknya.

Yang dimaksud dengan tetangga adalah siapa saja yang tinggal bertetanggaan dengan kita baik orang muslim, kafir, orang baik, pendosa bahkan orang jahat sekalipun.

Hak tetangga kita bisa menjadi lebih besar tatkala dia seorang muslim, dan bertambah besar lagi ketika dia seorang muslim sekaligus masih mempunyai hubungan kerabat dengan kita. Sehingga dia mempunyai tiga hak, yaitu hak sebagai tetangga, hak sebagai seorang muslim dan hak sebagai kerabat dekat.

Walau begitu, jika tetangga kita bukan keluarga kita, bahkan dia juga bukan seorang muslim, tetap saja dia mempunyai hak atas kita sebagai tetangga.

Tetangga mempunyai hak-hak yang harus mereka dapatkan dari adab dan perlakuan kita terhadap mereka. Secara garis besar adab bertetangga yang baik dapat disimpulkan dengan tiga hal, yaitu: Berbuat baik kepada tetangga, tidak menyakiti tetangga dan sabar jika kita disakiti oleh tetangga. Allah ta'ala berfirman,

. وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri," (an-Nisaa': 36)

Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan perintah untuk berbuat baik kepada tetangga setelah perintah untuk beribadah tanpa mempersekutukan-Nya, berbuat baik kepada orang tua anak-anak yatim dan orang miskin. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik kepada tetangga.

Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhuma menafsirkan ayat di atas berkata,

"Maksud وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى (tetangga yang dekat) yaitu mereka yang masih mempunyai kekerabatan denganmu." Dikatakan juga maksud lainnya adalah tetangga yang muslim. Sedangkan maksud وَالْجَارِ الْجُنُبِ (tetangga yang jauh) Ibnu Abbas mengatakan, "Yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan denganmu." Dikatakan juga maksud lainnya adalah tetangga yang musyrik. Dikatakan juga tetangga asing yang berasal dari kaum lain. Adapun maksud وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ (teman sejawat) adalah teman dalam perjalanan safar, atau dikatakan juga maksudnya adalah istri.

Berbuat baik kepada tetangga dan tidak menyakiti mereka merupakan suatu konsekuensi iman. Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda,

(وَاللهِ لا يُؤْمِنُ وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ قِيلَ ، وَمَنْ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ). رواه البخاري

"Demi Allah tidak beriman! Demi Allah tidak beriman! Demi Allah tidak beriman! Dikatakan (kepda beliau), "Siapa wahai Rasululah?" Rasulullah menjawab, "Yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya." (HR. Bukhori)

Maka iman seseorang dianggap belum sempurna dan belum mencapai derajat tinggi jika tetangganya tidak merasa aman dari perbuatan jahatnya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda,

(مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا ، أَوْ لِيَصْمُتْ). متفق عليه

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya dia tidak menyakiti tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya dia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia berkata baik atau diam." (Muttafaq 'alaih)

Islam sangat menjunjung tinggi hak-hak setiap tetangga, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

Tidak henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku tentang tetangga sehingga aku menduga bahwa ia akan memberikan warisan kepadanya.” (Muttafaq 'alaih)

Berbuat baik terhadap tetangga adalah akhlaq mulia. Dengan itu bisa melembutkan hati, menyebarkan cinta dan kedamaian, dan menggiring manusia untuk senantiasa berbuat baik.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

(المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ ، وَلا يُسْلِمُهُ ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) متفق عليه.

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak boleh mendzaliminya dan menyerahkannya kepada musuh. Dan siapa yang berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan darinya kesusahan pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hair kiamat.” (Muttafaq ‘alaih)

Sebagai tetangga sudah seharusnya kita mengulurkan tangan menolong tetangga kita, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda,

"Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah yang paling baik kepada temannya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik terhadap tetangganya." (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahih keduanya)

sumber : http://smaissula1smg.sch.id/html/index.php?id=artikel&kode=3

Sabtu, 15 Juni 2013

Apa yang Perlu Disiapkan Menghadapi Ramadhan?

1. Persiapan Mental
Anda harus sadar sepenuhnya, bahwa sebentar lagi, tinggal menghitung hari, Ramadhan akan datang. Secara mental, kita harus mempersiapkan diri. Maksudnya…dalam hati kita sudah tertanam niat dan motivasi yang kuat, untuk menyukseskan Ramadhan tahun ini.
Dengan niat dan motivasi yang tinggi untuk sukses dalam ibadah, akan sangat mendukung keberhasilan kita dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Sudah terbayang di benak kita, sebentar lagi kita akan melaksanakan puasa sebulan penuh, melaksanakan shalat tarawih, dan ibadah-ibadah yang lainnya, seperti tilawah, infak, shodaqoh, dan lain sebagainya.

2. Persiapan Spiritual
Di bulan Ramadhan, Anda akan digembleng sebulan penuh, untuk meningkatkan kedekatan kita dengan Allah, melalui ibadah yang banyak. oleh karena itu, kita perlu mengadakan persiapan, dengan mulai saat ini memperbanyak ibadah. Tujuannya adalah agar ibadah yang akan kita lakukan di bulan Ramadhan, sudah mulai dibiasakan sejak sekarang. Sehingga kita tidak kaget, ketika memasuki bulan Ramadhan.
Pembiasaan peningkatan ibadah mulai saat ini, akan menentukan keberhasilan ibadah kita di bulan Ramadhan. Biasakan mulai saat ini, rajin shalat, memperbanyak bacaan Al-Qur’an, dzikir, doa, shalat malam, dan ibadah yang lainnya. Tidak terkecuali juga puasa sunnah, juga dianjurkan diperbanyak di bulan sya’ban ini.

3. Persiapan Intelektual
Mari kita buka kembali buku-buku yang membahas tentang ramadhan, atau bisa browsing di internet. Pemahaman kita mengenai seputar puasa, yang sebenarnya sudah biasa kita lakukan, perlu diperdalam lagi. Misalnya pemahaman tentang syarat sah puasa, rukun puasa, hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Dengan persiapan intelektual ini, diharapkan puasa kita akan sukses, sesuai syariat, dan diterima oleh Allah SWT.

4. Persiapan Fisik
Anda perlu menjaga kesehatan sejak sekarang, makan-makanan yang sehat dan bergizi, olahraga secara teratur. Sehingga ketika Ramadhan datang, Anda dalam kondisi sehat dan fit 100%. Ibadah pun jadi kuat, tidak malas, karena didukung dengan fisik yang sehat dan kuat.

5. Persiapan Materi
Persiapan materi disini, adalah dalam rangka menyukseskan ibadah di bulan Ramdhan, bukan dalam rangka mempersiapkan hari lebaran. Di bulan Ramadhan, kita dianjurkan untuk banyak infak dan shodaqoh, memberi makan orang yang berbuka puasa, umroh, dan ibadah lainnya. Tentunya memerlukan materi yang cukup, agar ibadah puasa kita menjadi makin lengkap dan sempurna.

JANGAN MERASA DIRI LEBIH MULIA DARI ORANG LAIN

Setiap orang yang beriman hendaknya jangan sampai suka memperlihatkan sikap tidak baik, merasa diri kita lebih mulia daripada orang lain. Ingin menghina pada orang lain. Ingin menghina kepada sesama, karena Allah telah berfirman : Wahai orang-orang yang beriman jangan suka menghina segolongan diantara kamu kepada golongan lainnya siapa tahu lebih baik yang dihina daripada yang menghina. Hal ini perlu mengapatkan perhatian kita sepenuhnya, sebab hal tersebut secara tidak sadar kita lakukan. Kadang-kadang dirasakan seperti becanda saja, padahal kalau tidak cepat bertobat, bisa menimbulkan dzolim. Artinya menjadi orang yang selalu merasa kegelapan. Gelap dalam arti pikiran dan perasaan. Masalah seperti ini dipandang penting dalah tarekat, sampai ada istilah Muroqobah. Itu gunanya untuk merasakan gerak-gerik kita. Mulai dari ucapan, kelakuan termasuk i'tikad. Jelas tentang hal ini jangan sampai disepelekan.

Seperti yang diterangkan dalam surat at-Taubat dalam al-Quran: Wa ammalladziina fii quluubiHim marodhun fazaadatHum rijsan ilaa rijsiHim wa maa tuuwaHum kaafirinn. Artinya : Orang-orang yang dalam hatinya berpenyakit, gerakan nafsu, ujub, riya, takabur, sombong, bohong, dzolim, khianat, jahat, dengki, benci dan seterusnya. Memang untuk menghina orang lain itu pekerjaan gampang tidak perlu repot-repot. Penyakit tersebut hampir tidak terasa, walaupun ia telah menyusup memasuki daerah perasaan kita. Tetapi kalau kita teliti dengan "kacamata rasa", baru kita menyadari bahwa perasaan kita sudah hampir ambruk. Sebab akibat lupa meneliti diri, bisa menimbulkan keinginan dalam hati untuk menghina orang lain. Padahal dirinya sendiri belum tentu benar. Pada dirinya sendiri banyak hal yang harus disingkirkan, yang pantas jadi ejekan, yang pantas ditiadakan, yang pantas dimusnahkan dan masih banyak kejelekan lainnya. Oleh karena itu sampai kita sempat melihat badan orang lain. Memang begitu lumrahnya, kotoran secuil pada badan orang lain kelihatan jelas, tapi badan sendiri sekujur tubuh penuh dengan kotoran yang menjijikan sama sekali tidak merasa. Lalau apa gunanya kita berdzikir? Kalau keadaan kita masih begitu juga. Padahal dzikir itu adalah sesuatu yang dapat menjadi garis pemisah antara yang baik dan yang jelek.

Dari ucapan saja sudah jelas, yaitu : Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah Swt. Perintah ini benar-benar sudah jelas dengan ucapan yang nyata. Hasilnya hendaknya supaya berbekas pada amal, supaya tembus sampai i'tikad dengan benar-benar kokoh kuat, bisa memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Dzikir dengan lisan, yang tembus ke dalam hati, langsung tembus ke rasa akan memperlihatkan hasil kebaikan yang nyata pada diri kita. Jangan pura-pura sedang dihadapan umum seperti bersahabat tidak memperlihatkan rasa benci tapi dibelakangnya sebaliknya. Jangan sampai begitu. Singkirkan sifat seperti itu. Untuk apa kita amalkan dzikir yang dua macam yaitu dzikir Jahar yang diucapkan dan dzikir khofi yang diingatkan. Kedua macam dzikir itu guna memberantas segala macam kesalahan. dari kesalahan besar, sedang dan kecil. Dari kesalahan yang terdengar sampai yang tidak kedengaran. Oleh karena itu harus bisa menjelmakan menjadi satu pendirian yang benar-benar Shaleh sehingga bisa menghindarkan diri dari amal yang tidak diridhoi Allah Swt.

SEMUA MILIK ALLAH

Semua yang ada di bumi ini, akan binasa. Dan yang tetap abadi hanyalah Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Mulia. Termasuk kita manusia akan hancur binasa. Jadi mengapa merasa ingin memiliki. Semuanya milik Allah. Apalagi kalau milik Allah tersebut kita gunakan untuk hal-hal yang tidak baik seperti menghina orang lain sehingga timbul perselisihan, perkelahian sehingga membuat orang tidak senang. Oleh karena itu, kita harus pasrah dan terbuka. Yakinkan bahwa diri kita tidak punya apa-apa. Tidak pernah mengadakan apa-apa. Tidak pernah membantu apa-apa. Tidak pernah menambah apa-apa. Kita tidak kaya, buka miskin. Tidak pintar bukan bodoh. Semua pemberian Allah. Kita tidak punya dan tidak memiliki sesuatu. Coba bayangkan, kalau dalam hati kita ada sedikit saja rasa memiliki, apalagi sampai tidak terasa terucapkan, itu sama saja artinya dengan mengambil hak Allah.

Kita harus terus berpegang teguh kepada Allah yang Maha Kuasa. Agar mendapat perlindungan sepenuhnya dari-Nya. Penuh pertolongan Allah, penuh dengan petunjuk Allah, penuh dengan hidayah Allah, penuh dengan kasih Allah. Tapi sebaliknya, apabila AKU yang merasa, aku yang punya, itu artinya mengambil wewenang Allah. Akibatnya kita akan dipenuhi kebingungan, kesusahan. Meskipun kaya, pintar tapi hatinya penuh dengan kebingungan. Sebagai sorang mu'min, selamanya harus merasa gembira. Kenapa tidak? Seumur hidup merasa dipelihara oleh Allah. Jika tidak memiliki perasaan tersebut maka perasaan kita akan bingung dan susah selamanya. Semoga Allah mengampuni kita semua.

Tingkatkan amal ibadah kita sehingga kita menjadi hamba-Nya. Koreksi diri, sehingga bisa memisahkan yang baik dan yang buruk. Tumbuhkan rasa saling menghormati, menyayangi, tolong menolong supaya kita berada dalam ridhonya. Tidak ada jalan lain kecuali dengan menggunakan dzikir sebagai alatnya. Fainna dzikro saeful mu'miniin. Sesungguhnya dzikir itu pedangnya orang-orang yang beriman. Dzikir itu untuk membasmi, menyingkirkan segala godaan syetan, bujukan nafsu yang datangnya dari luar dan dalam. Setelah kita memiliki senjatanya, tinggal digunakan dengan sebaik-baiknya. insya Allah terbuka pintu kebahagiaan dunia dan akhirat.
sumber : http://anknisaa.blogspot.com/2013/04/jangan-merasa-diri-lebih-mulia-dari.html